Selamat datang di SATMABHARA

Cari tahu siapa kami yang hanya satu-satunya di Indonesia dan mungkin di dunia. Sebuah salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) kewiraan di Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Mitra kepolisian mengemban tanggung jawab mengabdi pada masyarakat.

STRUKTUR JABATAN

Suatu organisasi dapat berdiri dengan kokoh dengan pilar-pilar penyangga yaitu struktural jabatan yang kuat pula.

Kita muda, kita yang berkarya

Rubrik "Muda" berisi mengenai banyak artikel berhubungan dengan anak muda, karena kami SATMABHARA adalah mahasiswa yang sedang menimba ilmu di IST AKPRIND juga.

GOES TO SCHOOL

Sebagai salah satu pengabdian pada masyarakat, SATMABHARA memiliki agenda rutin untuk melakukan penyuluhan anti narkoba dan sex bebas di sekolah-sekolah di DIY.

Penerimaan Calon Anggota 2012

Kembangkan SOFTSKILLmu bersama kami. Bergabunglah dengan kami dan cari tahu apa saja yang akan kalian dapatkan di SATMABHARA.

Jumat, 05 April 2013

Pengarahan NARKOSEX

Siang-siang gini enaknya ngapain ya? Hari Jumat 5/4 siang mako SATMABHARA dipenui dengan anggota dan calon anggota alias angkatan 32. Ternyata mereka bersiap untuk menerima pembekalan narkoba dan sex bebas (narkosex) dari Polda. Seperti biasa acara diselenggarakan di ruang kelas dan seperti biasa pula pembekalan ini diisi oleh AKP Endang. Beliau susah menjadi langganan untuk memberikan pengarahan mengenai narkosex sejak kepengurusan La Ode Novian. 

Dimulai pukul 13.30, pengarahan ini dihadiri calon anggota sebanyak 12 orang dan 11 anggota SATMABHARA termasuk juga Kepala Satuan Mahasiswa Bhayangkara ikut hadir. Walaupun hanya satu jam pengarahan ini dilaksanakan, namun dengan cekatan AKP Endang memberikan materi secara lengkap dan jelas. Mulai dari jenis-jenis, undang-undang, hingga akibat dari penyalahgunaan narkoba secara khas disampaikan oleh AKP Endang melalui cerita pengalaman-pengalaman beliau.

Pada kesempatan ini AKP Endang menyoroti kasus-kasus penyalahgunaan narkoba yang marak di kalangan mahasiswa. Kabar baik datang dari beliau karena tidak ada mahasiswa IST AKPRIND yang terlibat. Seterusnya beliau memaparkan fenomena peredaran narkoba yang terjadi mulai dari cara, kode, hingga jaringan pengedar yang ada di Yogyakarta. Secara menyeluruh beliau lebih banyak menyampaikan cerita-cerita miris mengenai akibat penyalahgunaan narkoba dan tanya jawab serta diskusi.

Tujuan pengarahan ini selain untuk pengayaan ilmu pengetahuan mengenai narkoba dan sex bebas, diharapkan juga anggota SATMABHARA dapat menjadi bibit-bibit penangkal penyalahgunaan narkoba di lingkungan kampus maupun masyarakat luas. Mengingat adanya agenda rutin SATMABHARA Goes to Shcool, pengarahan ini juga bertujuan untuk mempersiapkan penyuluh-penyuluh baru dari angkatan 32.

Dia 17 Tahun, Hypersex, dan Dia Bangga


Ku sapu baris obrolan di sisi kanan layar laptopku. Facebook, begitu mudah berhubungan dengan banyak orang dengan media ini. Bahkan mencari kenalan dari facebook sudah menjadi hal yang sangat lumrah bagi saya pribadi. Seperti biasa sebagai laki-laki normal, saya tertarik dengan nama-nama cewek yang terpampang rapih lengkap dengan foto profil kecil. Kadang karena terlalu banyak teman di akun saya, banyak sekali nama yang terpampang sedang online terindikasi dengan bulatan- bulatan hijau. Satu per satu nama saya klik dan ku coba untuk membuka percakapan.


Beberapa jendela obrolan terbuka hanya satu yang selalu bersuara, maka ku tutup yang lainnya. Tidak perlu banyak basa-basi karena sebenarnya tanpa harus ngobrol pun juga bisa saya korek informasi seseorang lewat akun facebooknya. Terpampang wajah muda di profilnya, benar saja ternyata masih anak SMA. Ketika ku tanya kelas berapa, jawabnya masih kelas 2 SMA, sedangkan saya sudah mulai menginjak semester 6. Tersadar bahwa kita berdua terapaut usia yang cukup jauh sekitar tiga tahun. Namun ketika ku tanya tahun lahir, dia menjawab 1996, APA 4 TAHUN?! 

Singkat kata kali ini percakapan berujung dengan saling tukar nomor handphone. Cukup mujur rasanya saya mendapatkan kenalan siang bolong seperti ini. Tapi kebimbangan menyeruap di pikiran saya. Lalu kalau sudah kenal mau ngapain? Apa cuma kenal-kenalan saja? Atau mau dilahap juga? Muka kinyis-kinyis seperti itu mana mungkin cocok untuk digandeng dan diakui sebagai pacar, lebih tepat kesannya seperti adik. Tapi saya yakin dari suatu perkenalan pasti ada maksud dan tujuan yang tersembunyi pula.

Anda mungkin akan bertanya-tanya bagaimana bisa saya mengetahui sisi tersensitif dari seorang wanita. Atau mungkin lebih tepatnya hal tabu yang selalu menjadi privasi bagi tiap manusia. Tetapi ketahuilah bahwa kita berhadapan dengan banyak sekali macam manusia. Dan ketika saya sangat menjaga privasi mereka dengan selalu menjaga tiap tutur kata yang saya ucapkan, ternyata lawan bicara malah lebih blak-blakan. Saat itulah saya sadar bahwa ternyata ada juga manusia seperti itu.

Dari usianya yang muda saya dapati jiwa yang sombong dan meremehkan orang lain, meremehkan saya. Perasaan ini aneh, diremehkan oleh anak SMA yang belum genap 17 tahun, dalam hal pengalaman seksual. Pernahkah Anda mengalaminya? Percayalah hal ini aneh dan sulit dipercaya karena saya berhadapan langsung dengan bobroknya pergaulan di kota pelajar yang sebelumnya hanya saya lihat di layar kaca. Kembali ke topik, masalah pengalaman seksual, Anda pasti bertanya-tanya apa yang ia sombongkan dari hal tersebut.
Namun sebelum blak-blakan masalah pengalamannya itu, ia mengawalinya dengan memberikan pengakuan bahwa sebenarnya ia sudah tidak perawan lagi. Pada awalnya saya iba padanya karena penyampaiannya pun sepertinya disertai kekecewaan dalam dirinya. Tapi ternyata tidak demikian, semakin jauh obrolan semakin dalam, mulailah saya dapatkan kejanggalan-kejanggalan. Ia mulai dengan cerita mengenai mantan pacarnya yang sudah mengambil hartanya itu, yang katanya terambil dengan paksa. Yang bener nih? Kok gak lapor polisi? Itu namanya pemerkosaan! Tapi katanya dia tidak berani untuk melapor, takut dengan ibunya, katanya.

Kemudian cerita berlanjut dengan pacarnya yang berikutnya. Persamaan dari mantan dan pacarya yang saat ini yaitu adalah sama-sama anak kuliahan. Nada kata-kata dalam smsnya kian semakin angkuh. Mungkin memang bangga dia bisa mendapatkan pacar yang jauh lebih tua darinya. Mengetahui praktek sex sebelum nikah tetap ia lakukan dengan pacarnya yang sekarang, membuat saya menyimpulkan bahwa tidak ada sedikitpun rasa menyesal ia telah melakukan hal tersebut. Bahkan lebih ektrim lagi saat ia mulai bercerita mengenai ukuran alat vital pacarnya dan mulai berbangga karenanya. Karena pembicaraan yang sudah semakin ngawur saya tanggapi seadanya saja dan sekenanya.

Kenyataan ini membuat saya mengelus dada dan geleng-geleng kepala. Pergaulan anak muda jaman sekarang memang sudah bobrok, kita semua tahu itu. Namun apakah kita akan memakluminya begitu saja dan pasrah mereka terseret arus jaman yang tidak jelas? Inilah peran kita semua untuk menyelamatkan mereka sebelum tenggelam lebih dalam lagi.
Kembali ke cerita. Semua perbuatan ada motivasi dan alasannya, saya juga tidak lupa untuk menanyakan mengapa ia selalu terobsesi mencari pacar jauh lebih tua. Alasanya memang logis, ia mencari seseorang yang bisa ngemong, memanjakan dan melindungi dirinya. Tetapi kenyataannya malah sebaliknya. Keheranan saya mencuat lagi dan menimbulkan prasangka-prasangka. Jangan-jangan hubungan sex itu sebagai bentuk rasa sayangnya untuk sang pacar. Sepertinya benar saja ketika saya lebih jauh mencari motif dari hubungan yang tak sehat itu. Ia sangat terobsesi dengan pacarnya karena telah menerimanya apa adanya. Tapi tunggu dulu.

Prasangka demi prasangka terus bermunculan. Rasanya seperti dibisiki oleh diri sendiri, jangan-jangan A, jangan-jangan B, atau mungkin C, kalau tidak saya sampaikan padanya bisa jadi beban moral nih. Lebih lanjut saya coba untuk menglarifikasi apa yang dia maksud menerima apa adanya itu.

Melihat koleksi foto di akun facebooknya memang parasnya biasa-biasa saja. Namun kesannya pendek dan sedikit gemuk. Pernah terjadi suatu obrolan saat saya menyinggung masalah tipe cowok yang dia impikan. Mulailah ia menjabarkannya secra detail, namun dari situ mencuatlah rasa ketidakpercayaan dirinya akan tubuhnya yang menurutnya kurang sempurna itu. Ia merasa sulit untuk mendapatkan pacar dengan keadaannya seperti itu, apalagi dia yang sudah tidak perawan. Sehingga ketika ada satu laki-laki yang dekat, secara gamblang ia utarakan kekurangannya itu. Dan saat si lelaki bersedia menjadi pacarnya, serta merta ia menganggap laki-laki itu menerimanya apa adanya. Kemudian sebagai suatu penghargaan kepada sang pujaan hati, ia rela melayani pasangannya itu. Sungguh suatu ironi.

Menemukan kebenaran itu saya rasa cukup untuk dapat menyimpulkan bahwa anak ini sudah terjebak dalam lubang yang nyaman. Bagaimanapun juga inilah alasan mengapa saya bisa menemukannya dalam keadaan seperti ini. Saya harus mengulurkan tali dan menariknya keluar. Masih segar dalam ingatan saya satu pesan singkat yang akhirnya saya kirimkan untuk berusaha menyadarkannya.

“Kamu belum genap 17 tahun, kamu belum tahu seberapa bobroknya pergaulan di luar rumahmu yang nyaman. Namun toh kamu sudah mencicipinya sedikit. Berhentilah, sebelum terlambat. Kamu tidak sadar sudah menjadi korban mahasiswa-mahasiswa hidung belang yang gila sex. Kamu pikir mereka menerimamu apa adanya? Tidak. Kamu tidak perlu mengutarakan bahwa kamu sudah tidak perawan pada tiap calon pacarmu. Ibarat melempar ikan asin di depan kucing. Pun dilahap juga dirimu akhirnya.”

Setelahnya, nada pesan singkat dari anak itu berubah drastis, menjadi ketakutan yang mendalam. Keangkuhannya berbalik seperti bumerang ketika ia sadar ia mengangkuhkan hal yang tak pantas. Aku tak tahu apa dia akan bunuh diri atau bertahan setelah membaca pesan singkatku tadi. Tapi jika ia bunuh diri akan menjadi beban saya lagi, bahkan bisa saja saya menajdi tersangkanya. Pada akhir dari pergolakan perasaan itu saya putuskan untuk menguatkannya kembali. Suatu kepuasan tersendiri bisa “menampar” seseorang dan menyadarkannya.