Selamat datang di SATMABHARA

Cari tahu siapa kami yang hanya satu-satunya di Indonesia dan mungkin di dunia. Sebuah salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) kewiraan di Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Mitra kepolisian mengemban tanggung jawab mengabdi pada masyarakat.

STRUKTUR JABATAN

Suatu organisasi dapat berdiri dengan kokoh dengan pilar-pilar penyangga yaitu struktural jabatan yang kuat pula.

Kita muda, kita yang berkarya

Rubrik "Muda" berisi mengenai banyak artikel berhubungan dengan anak muda, karena kami SATMABHARA adalah mahasiswa yang sedang menimba ilmu di IST AKPRIND juga.

GOES TO SCHOOL

Sebagai salah satu pengabdian pada masyarakat, SATMABHARA memiliki agenda rutin untuk melakukan penyuluhan anti narkoba dan sex bebas di sekolah-sekolah di DIY.

Penerimaan Calon Anggota 2012

Kembangkan SOFTSKILLmu bersama kami. Bergabunglah dengan kami dan cari tahu apa saja yang akan kalian dapatkan di SATMABHARA.

Minggu, 12 September 2010

Awal Mula Nama Indonesia



Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:

"... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians".

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:

"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago".

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880.

Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiƫr (orang Indonesia).


sumber : Sejarah Indonesia di Mata Dunia

Senin, 19 Juli 2010

VISI MISI SATMABHARA





VISI SATMABHARA


Sat Mabhara yang menjadi salah satu perpanjangan tangan dari Kepolisian Republik Indonesia yang juga harus mampu melindungi mengayomi dan melayani masyarakat dan sebagai mahasiswa yang merupakan agen of change harus mampu mengedepankan segala bidang keilmuan yang dimilikinya untuk kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat demi terciptanya pembangunan yang adil merata dan berkesinambungan. Menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat madani yang sejahtera.



MISI SATMABHARA


Berdasarkan uraian Visi sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya uraian tentang jabaran Misi Satmabhara kedepan adalah sebagai berikut :


  1. Turut memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat (meliputi aspek security, surety, safety dan peace) sehingga masyarakat bebas dari gangguan fisik maupun psykis, sebagai bantuan tenaga bagi kepolisian.
  2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya preemtif dan preventif dalam hal kesadaran berhukum, sebagai warga Negara yang baik.
  3. Mengabdikan diri secara ikhlas demi kesejahteraan masyarakat dengan turut membantu pembangunan lewat aplikasi segala bidang ilmu yang dimilikinya.
  4. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
  5. Mengelola sumber daya manusia Satmabhara secara profesional dalam mencapai tujuan dan cita-cita membawa bangsa menjadi kuat dan bersaing dengan negara maju.
  6. Meningkatkan upaya konsolidasi kedalam (Internal Satmabhara) sebagai upaya menyamakan Visi dan Misi SatMabhara kedepan.
  7. Memelihara soliditas institusi Satmabhara dari berbagai pengaruh external yang sangat merugikan organisasi. 




Sasaran :


Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Satmabhara pada kurun waktu tahun 2006 - 2010 yang akan datang ditetapkan sasaran yang hendak dicapai adalah :


Bidang Kamtibmas:

  1. Tercapainya situasi Kamtibmas yang kondusif bagi penyelenggaraan Pembangunan Nasional.
  2. Tercapainya kerjasama dengan kepolisian dalam bidang keamanan dan ketertiban, dengan tujuan terciptanya masyarakat yang harmonis dan manfaat lewat pemanfaatan ilmu dan teknologi.

Bidang Kesejahteraan Masyarakat:

  1. Tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
  2. Terciptanya pemimpin yang mengabdi kepada Nusa dan Bangsa dengan berlandaskan pada Pancasila UUD 1945 demi Kemajuan Negara Republik Indonesia.
  3. Terciptanya sarjana-sarjana yang bermutu, menguasai teknologi, dan mampu bersaing dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan Lingkungan hidup.
  4. Dengan penanaman Jiwa Patriotisme dan Nasionalisme yang tinggi agar mampu membawa Negara menjadi Negara maju dan tetap mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.



Filosofi :


Disimak dari nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila, UUD 1945, dan Panca Dharma Setya Wiratama Satuan Mahasiswa Bhayangkara sebagai abdi masyarakat dan Negara wajib menciptakan dan menjaga kesinambungan fungsi bangsa sebagai penggerak dan pencipta kemajuan masyarakat.


Sabtu, 17 Juli 2010

SEJARAH SATMABHARA





SATMABHARA yang merupakan singkatan dari Satuan Mahasiswa Bhayangkara merupakan sebuah Organisasi Internal yang dimiliki oleh Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta, organisasi ini merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dibidang kewiraan yang tugasnya membina mahasiswa yang mendaftar untuk menjadi Mahasiswa yang memiliki dedikasi, loyalitas, jiwa ksatria, dan semangat sebagai seorang perwira yang mengabdikan ilmunya demi kemaslahatan masyarakat termasuk didalamnya yaitu fungsinya sebagai mahasiswa yang dilahirkan untuk membawa perubahan menuju arah yang lebih baik.
SATMABHARA awal dibentuknya atas dasar kondisi negara saat itu yang menginginkan perubahan struktur dan penjaminan keamanan masyarakat oleh negara yang diwakilkan oleh mahasiswa selain Resimen Mahasiswa. Mengapa mahasiswa? Karena mahasiswa telah dipercaya oleh masyarakat sebagai penyambung aspirasi mereka dan mahasiswa sangatlah dekat dengan masyarakat. Negara menginginkan imej tentara dan polisi yang ‘sangar’ dimata masyarakat dapat berubah dengan terwakilnya oleh mahasiswa yang dekat dihati rakyat. Selain itu kondisi POLRI yang masih menyatu bersama TNI memunculkan ide Pemimpin untuk membentuk bank ide dari kalangan mahasiswa yang mana ide-ide tersebut akan mengantar kepolisian untuk mengabil arah perubahan fungsi POLRI bukan lagi sebagai alat pertahanan melainkan sebagai Alat keamanan Negara, sedikit banyaknya SATMABHARA telah mengambil andil dalam perubahan sejarah Negara Indonesia.
Sebelum berubah menjadi SAT MABHARA awalnya nama yang dibentuk adalah BPL (Bantuan Pengatur Lalulintas) yang dibentuk pada tanggal 27 Oktober 1979 oleh Rektor Pertama Akademi Perindustrian (AKPRIND) yang merupakan nama awal sebelum menjadi ISTA, bapak SISWONO yang merupakan mantan Kolonel Penerbang Angkatan Laut alasan inilah yang mendasari mengapa Pakaian Dinas SAT MABHARA berwarna biru langit. BPL angkatan pertama dikomandani oleh Danki (Komandan Kompi) bapak Ir. Muhammad Farid Sofian, MS yang saat itu masih dibawah binaan POLWIL Yogyakarta yang dibawah komando dari POLDA Jawa Tengah, yang saat itu markasnya masih terletak di Jl Malioboro.
Kemudian pada tahun 1996 berdasarkan skep Kapolri No.Pol: Kep/08/IX/1996 tanggal 16 September 1996 POLWIL Yogyakarta berubah menjadi POLDA D.I Yogyakarta Type C. Kemudian barulah pada tahun 2002 status POLDA D.I Yogyakarta menjadi POLDA umum berdasarkan keputusan Kapolri No.Pol: Kep/54/X/2002. Beliau telah meletakkan batu pertama berdirinya BPL dengan sangat baik sehingga harapan beliau saat itu dapat dinikmati pada generasi SATMABHARA saat ini.
Perubahan dari BPL (Bantuan Pengatur Lalulintas) menjadi SATMABHARA terjadi pada tahun 1994 atas prakarsa dari seluruh anggota BPL saat itu, perubahan ini menyusul penyesuaian dengan Fungsi Kesatuan sendiri, AD / ART yang telah dibuat saat itu, perubahan struktur organisasi, dan program kerja SAT MABHARA. Alasan pemilihan nama SATMABHARA adalah :
pertama karena kita merupakan sebuah kesatuan sama halnya dengan kesatuan lain di institusi kepolisian, dengan fungsi sebagai kesatuan diharapkan tugas dan ruang lingkup kerja SATMABHARA menjadi semakin luas dibandingkan dengan memakai nama Bantuan Pengatur Lalulintas hanya terbatas pada bidang lalulintas saja.
Kedua, karena seluruh anggotanya merupakan mahasiswa maka penggunaan identitas mahasiswa wajib dimasukkan dalam nama organisasi tersebut (SATMABHARA) dibandingkan dengan BPL yang tidak mencantumkan identitas mahasiswa, dan masyarakat awam pun tidak akan bingung melihat SATMABHARA karena didalamnya sudah jelas ada identitas mahasiswanya.
Ketiga, landasan pokok dan program kerja SAT MABHARA diprioritaskan pada tiga hal yaitu Binamitra, Penelitian dan Pengembangan, serta Lalulintas. Dengan beberapa alasan inilah maka pada musyawarah kerja (Muker) yang mengatur landasan dasar pengaturan SATMABHARA yang tertuang dalam AD / ART tahun 1994 memutuskan perubahan nama dari BPL (Bantuan Pengatur Lalulintas) menjadi SATMABHARA (Satuan Mahasiswa Bhayangkara) yang nama tersebut masih digunakan hingga saat ini. Berdasarkan Aanggaran Dasar (AD) Bab I pasal 1 dan pasal 2 SATMABHARA dibentuk untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, apabila terjadi perubahan maka segala ketentuan dalam AD dan ART dapat dirubah hanya melalui Musyawarah Kerja seperti yang terlampir pada pasal 23 AD SATMAHBARA.

Jumat, 23 April 2010

Matahari Tidur, Bumi Membeku

JAKARTA, Cuaca dingin ekstrem melanda kawasan lintang tinggi Bumi. Fenomena ini, antara lain, disebabkan oleh Matahari yang tidur berkepanjangan. Dampaknya menjadi terasa berat karena semakin diperparah oleh adanya pemanasan Bumi dan perubahan iklim global.

Sejak Desember lalu, suhu ekstrem terus melanda kawasan Lintang Utara, yaitu mulai dari Benua Amerika, Eropa, hingga Asia. Di Eropa, suhu dingin bulan lalu pernah mencapai minus 16 derajat celsius di Rusia dan minus 22 derajat celsius di Jerman. Bagi Inggris, ini suhu ekstrem terdingin dalam 30 tahun terakhir. Jalur transportasi ke Perancis lumpuh.

Amerika Serikat pun mengalami hal yang sama. Serbuan cuaca ekstrem ini berdampak pada kegagalan panen di Florida dan menyebabkan dua orang meninggal di New York.

Kejadian luar biasa yang berskala global ini diyakini para pengamat meteorologi dan astronomi berkaitan dengan kondisi melemahnya aktivitas Matahari yang ditandai oleh menurunnya kejadian bintik matahari atau sunspot.

Bintik hitam yang tampak di permukaan Matahari melalui teropong bila dilihat dari sisi samping menyerupai tonggak yang muncul dari permukaan Matahari. Tonggak itu terjadi akibat berpusarnya massa magnet di perut Matahari hingga menembus permukaan.

Akibat munculnya bintik hitam berdiameter sekitar 32.000 kilometer atau 2,5 kali diameter rata-rata Bumi, suhu gas di fotosfer dan kromosfer naik sekitar 800 derajat celsius dari normalnya. Hal ini dapat mengakibatkan badai matahari dan ledakan cahaya yang disebut flare.
Namun, yang terjadi beberapa tahun terakhir ini adalah Matahari nonaktif. Menurunnya aktivitas Matahari itu berdasarkan pantauan Clara Yono Yatini, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), mulai terlihat sejak tahun 2000.

Para pakar astrofisika matahari di dunia menyebut tahun 2008 sebagai tahun dengan hari tanpa bintik matahari yang tergolong terendah dalam 50 tahun terakhir. Mereka memperkirakan beberapa tahun sesudah 2008 akan menjadi tahun-tahun yang dingin, kata Mezak Ratag, pakar astrofisika yang tengah merintis pendirian Earth and Space Science Institute di Manado, Sulawesi Utara.

Pengukuran kuat medan magnet bintik matahari dalam 20 tahun terakhir di Observatorium Kitt Peak Arizona menunjukkan penurunan. Dari medan magnet maksimum rata-rata 3.000 gauss pada awal 1990-an turun menjadi sekitar 2.000 gauss saat ini.

Penurunan sangat signifikan ini merupakan bukti bahwa hingga beberapa waktu ke depan Matahari masih akan pada keadaan malas, kata Mezak. Ia memperkirakan kalau aktivitas maksimumnya terjadi pada sekitar tahun 2013, tingkatnya tidak akan setinggi maksimum dalam beberapa siklus terakhir.

Matahari dan iklim

Saat matahari redup berkepanjangan, musim dingin ekstrem berpotensi terjadi karena Matahari—sumber energi bagi lingkungan tata surya—adalah penggerak mesin iklim di Bumi.

Sejak 1865, data di Lapan menunjukkan kecenderungan curah hujan berkurang saat Matahari tenang. Demikian pula musim dingin parah sejak akhir 2009 terjadi saat Matahari amat tenang (deep minimum) mirip kejadian 1995-1996, urai Thomas Djamaluddin, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan.

Bukti keterkaitan dengan perilaku Matahari ini ditunjukkan oleh fenomena kebalikannya, yaitu musim dingin minim salju saat Matahari aktif pada tahun 1989. Musim dingin sangat panjang terjadi saat Minimum Maunder tahun 1645-1716 dan minimum Dalton awal 1980-an.

Kondisi serupa terjadi pada 1910-1914. Itu banyak dikaitkan dengan dinginnya laut pada musibah tenggelamnya Titanic pada April 1912. Normalnya, waktu itu sudah musim semi.

Sementara itu, Mezak berpendapat, pola aktivitas Matahari minimum saat ini mirip dengan kejadian tahun 1880, 1890, 1900, dan 1910. Jadi, siklus Matahari tidak hanya menunjukkan siklus sebelas tahun. Ada siklus lebih panjang dengan periode sekitar 100 tahun—siklus Gleisberg. Dalam catatan meteorologis, saat terjadi siklus itu, banyak cuaca ekstrem dingin, tetapi tidak seekstrem Minimum Maunder.

Cuaca dan GRK

Efek aktivitas Matahari minimum lebih banyak memengaruhi daerah lintang tinggi. Aktivitas Matahari sejak sekitar tahun 2007 hingga kini memperbesar peluang terjadinya gradien suhu yang besar antara lintang tinggi dan lintang rendah. Akibatnya, kecepatan komponen angin arah utara-selatan (meridional) tinggi.

Prof CP Chang, yang mengetuai Panel Eksekutif Monsun Badan Meteorologi Dunia (WMO), berkesimpulan, aktivitas monsun lintas ekuator yang dipicu gradien suhu yang besar di arah utara-selatan akhir-akhir ini meningkat secara signifikan dibandingkan dengan statistik 50 tahun terakhir.

Hal ini memperkuat dugaan, aktivitas Matahari minimum yang panjang berkaitan erat dengan cuaca ekstrem dingin. Di Indonesia, kejadian angin berkecepatan tinggi lintas ekuator menjadi penyebab utama munculnya gelombang-gelombang tinggi dari Laut China Selatan ke perairan Laut Jawa.

Adanya gas rumah kaca di atmosfer, lanjut Thomas, juga meningkatkan suhu udara yang menyebabkan perubahan iklim. Efek gabungannya cenderung meningkatkan kerawanan bencana terkait iklim, kata Thomas.

Teori pemanasan global mengatakan, atmosfer yang memanas membuat partikel-partikel udara menjadi semakin energetik dan berpotensi menghasilkan cuaca ekstrem.


Sumber : Kompas

Jumat, 15 Januari 2010

DNA Dapat Memacu Potensi Diri ?

JAKARTA, Deoxyribunucleic Acid (DNA) selama ini selalu dikenal untuk mengidentifikasi garis keturunan. Padahal, DNA tak hanya bisa dipelajari dari sisi medis. DNA terdiri dari zat kimia yang sifatnya basah yaitu adenine, guanine, cytosine dan thymine yang melekat pada fosfor dan gula. Bentuknya seperti tangga elips, memutar.

"DNA itu terdapat di setiap inti sel tubuh. Semua manusia memilikinya. Perbedaannya, hanya karena masing-masing punya pilihan dan keinginan yang berbeda. Selain itu disebabkan masih adanya gen yang padat dan belum mencair. Sehingga, perlu di- on -kan," ujar Miriati, pada diskusi Mengoptimalkan Potensi Diri melalui Pengaktifan DNA/Gen, di MP Book Point, Jakarta Selatan, Kamis (10/9).

"Dengan kehadiran gen/DNA, setiap orang punya bakat dan potensi yang sama. Catatannya, harus membuka diri dengan berbagai kesempatan," lanjutnya.

Miriati mencontohkan, sikap penolakan selalu menjadi respon awal bila disodorkan sebuah kesempatan. Padahal, tawaran ini seharusnya direspon secara positif dan yakin bahwa setiap orang bisa melakukannya, meskipun tanpa pengalaman. Ketika kesempatan direspon positif, jelas Miriati, maka gen akan hidup.

"Setiap orang punya potensi, berapapun usianya. Untuk memaksimalkan potensi, setiap orang harus berpikir positif, bahwa dia bisa. Setiap orang punya muatan gen yang sama, tergantung bisa dibuka atau tidak. Kalau negative thinking , gen tidak akan terbuka," papar Miriati.

Bagaimana mengaktifkan DNA untuk potensi diri?

Ada beberapa cara untuk mengaktifkan DNA. Miriati memaparkan, setidaknya ada 6 karakter positif yang bisa ditumbuhkan pada setiap individu.

Pertama, membuka diri untuk menyerap wawasan yang luas. Wawasan yang luas akan merangsang keinginan.

Kedua, dengan keinginan atau dreams, bisa membangkitkan energi positif dalam diri.

Tak hanya dari diri sendiri, menghidupkan DNA juga bisa distimulus dari lingkungan sekitar.

Cara ketiga, menginspirasi momen yang dijumpai.

"Seseorang bisa mengandalkan dirinya sendiri dengan apa yang ada didirinya. Dimanapun, kita bisa terinspirasi asal dalam hidup menghadirkan consciousness sehingga kita bisa memaknai suatu peristiwa," ujarnya.

Keempat, selalu berpikir positif, grab it first and do it ! Artinya, selalu berpikir positif atas setiap kesempatan baru. Dan kelima, selalu melakukan latihan terus menerus sehingga pengaktifan DNA akan bisa dimunculkan secara spontan dan berimplikasi positif bagi potensi diri.

Miriati juga mengingatkan, jika memiliki mimpi atau keinginan, berbagilah dengan orang-orang yang diyakini bisa memberikan dorongan. Dorongan positif yang yang didapatkan akan memacu DNA aktif. "Jangan cerita sama orang yang belum-belum sudah memadamkan semangat Anda," kata Miriati.


Sumber : Kompas

Kamis, 14 Januari 2010

Galeri Foto


Anngota dan teman-teman SATMABHARA saat wisata ke candi Borobudur










Kegiatan saat Pembaretan angkatan 27 dan 28